Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, siap mendampingi keluarga santri di Pesantren Darul Arafah Raya yang tewas dianiaya seniornya. Pendampingan dilakukan untuk menyelesaikan kasus tersebut. Ketua LPA Deli Serdang, Junaidi Malik mengaku, kasus kekerasan di pesantren itu bukan kali pertama
KurikulumPondok, yaitu kurikulum yang berorientasi pada ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu. lainnya, terdiri dari Al Qur’an, Hadist, Tauhid, Fiqih, Sejarah Islam, Bahasa Arab, Bahasa 07.45 - 12.40 : Diberikan pelajaran-pelajaran yang telah dirumuskan dalam kurikulum, Disamping itu para Santri Madrasah Ibtidaiyah Al- Ittifaqiah akan
Anginlaut berhembus dari utara, gelombangnya bersaut-sautan siap menyambut para santri baru yang bersemangat dalam mencari ilmu. Tampak dari kejauhan berbondong-bondong mereka menuju ke PP. Al-Anwar 1. Setelah mereka menginjakkan kaki ke pondok ini, hal yang mereka lakukan pertama kali adalah menuju ke Kantor Harian PP. Al-Anwar 1.
Pekanbaru– Acara pemotongan dan pembagian hewan kurban Oleh DPP Santri Tani NU di hari kedua juga langsung di pimpin oleh Ketum DPP Santri Tani NU Indonesia T.Rusli Ahmad di areal Agro Wisata RA kopi Aren Palas Kamis (22/7/21). Antusias masyarakat masih begitu besar pada hari kedua Acara Kurban dari DPP Santri Tani NU tersebut, terlihat dari
Bechiberusia 42 tahun. Selain sebagai pengasuh ponpes, dia juga disebut-sebut menguasai ilmu metafakta. 12:14 WIB. Mantap Tak Ingin Balikan dengan Sule, Nathalie Holscher Putuskan Komunikasi Termasuk dengan Putri Delina "Seribuan orang yang datang ke stadion ini bisa saja fan dari kalangan keluarga, bukan suporter yang biasanya dari
Denganilmu-ilmu agama yang dikuasainya, tokoh-tokoh mawali ini tidak kalah hebat dari para alim ulama Arab. Di antara nama-nama yang terkenal adalah Syekh Hasan al-Bashri (wafat 728 M), Ibnu Juraij (wafat 767 M), Imam Abu Hanifah (wafat 767 M), at-Thabari (wafat 923 M), Ibn Katsir (wafat 1373 M), putra Imam al-Ghazali (wafat 1111).
exFjCkF. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Santri menurut KBBI berarti 1 orang yg mendalami agama Islam; 2 orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh orang yg saleh; 3Orang yang mendalami pengajiannya dalam agama islam dengan berguru ketempat yang jauh seperti pesantren dan lain sebagainya. Sumber Menurut Gus Mus "Santri adalah murid kiai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat yang tidak goyah imannya oleh pergaulan, kepentingan, dan adanya perbedaan," Sumber Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa santri adalah sebutan bagi seorang pelajar yang mengikuti pendidikan agama Islam di ponpes dan ditujukan bagi pelajar laki-laki. Sedangkan santriwati itu adalah kata yang ditujukan terhadap pelajar perempuan yang berada di ponpes. Biasanya para santri/santriwati menetap atau tinggal di ponpes tersebut hingga pendidikan mereka selesai. Kata santri memiliki dua makna, pertama orang yang mempelajari ilmu agama islam. Kedua orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh. Santriwan/wati hidup dan tinggal di lingkungan yang sama, dari berbagai macam latar belakang yang berbeda tetapi diperlakukan sama. Tinggal dan bersosialisasi dalam satu lingkungan diharapkan mereka dapat menjadi pribadi yang berakhlak mulia untuk kedepannya. Santriwan/wati juga mempelajari beragam pelajaran seperti siswa pada umumnya, yang membedakan adalah pada pelajaran keislaman seperti ilmu agama, fiqih dan lainnya. Para santri/wati mempelajari bidang-bidang ilmu tersebut lebih dalam dan jam pelajarannya juga lebih banyak dari siswa pada satu ciri khas santriwan/wati adalah berkepribadian mandiri. Karakter tersebut di tempah sejak mereka tiba di ponpes. Hidup mandiri tersebut di latih agar kedepannya para santri dapat melewati hidup dengan tidak bergantung pada orang lain dan dapat berdikari atau berdiri di atas kaki itu, santri juga di ajarkan arti kebersamaan di ponpes, misalnya saling berbagi makanan, tidur disatu tempat tidur yang sama, saling berbaris mengantri di jam-jam makan. Kebiasaan yang demikian nantinya diharapkan dapat membentuk kepribadian saling bahu-membahu terhadap orang juga belajar untuk hidup sederhana seperti makan dengan menu seadanya, berpakaian secukupnya, dan juga tidak membuang uang untuk hal-hal yang tidak berguna. Mental hidup sederhana juga dapat bermanfaat untuk para santriwan/wati agar bisa bertahan setelah selesai dari ponpes. Melimpahnya ilmu agama yang dipelajari santriwan/wati membuat mereka menjadi pribadi yang lebih religius. Peraturan bahkan metode pembelajaran di atur agar santri selalu ingat terhadap Rab nya atau santriwan/wati mempelajari pendidikan di ponpes untuk memperdalam ilmu agama agar lebih bermanfaat bagi masyarakat. Ketika kembali kelingkungan asalnya mereka di harapkan menjadi figur-figur yang memberikan warna keislaman yang rahmatan lil pendapat orang tentang santriwan/wati saat menjadi seorang santri "kita diajarkan banyak hal, salah satunya belajar bersyukur. Ditengah keadaan yang seadanya, baik dari segi makan, pakaian dan hal sederhana lain, seorang santri tetap menikmati hari-hari nya dengan bahagia, tanpa mengeluhkan keadaan yang bisa di bilang jauh dari kata cukup" tutur seorang yang dulunya pernah menjadi santri. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
kitab dasar-Di Pesantren tentunya kita memeplajari ilmu-ilmu agama yang mana referensi nya sesuai dengan syariat ajaran agama Kuning adalah menjadi bahan pembelajaran yang menarik, dan menjadi rujukan utama pembahasan di seluruh pesantren indonesia, kecuali pesantren yang khusus kitab kuning kini usianya sudah ratusan tahun, karena pengaranya merupakan ulama-ulama salaf yang sudah masyhur tingkatan tingkatan-tertentu untuk dipelajarinya mulai dari Dasar atau pemula, menengah dan sampai tingkat ini kita bahas kitab-kitab Dasar Pesantren, apa saja kah kitab-kitab tersebut langsung saja 1. KITAB AL-JURUMIYAH Kitab yang pertama yaitu kitab Al-Jurumiyah, fan ilmu nahwu, yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang akhir kalimat bahasa arab agar terjaga dari santri yang ingin bisa membaca kitab kuning yang tulisan nya gundul alias tidak wajib kita mempelajari ilmu kitab ini sebagai dasar untuk para pemula yang baru belajar kitab, supaya bisa membacanya dengan baik dan ini dikarang oleh syekh Sonhaji, menjelaskan setiap bab dengan bahasa yang praktis dan sangat mudah untuk selesai pembahasan dari kitab ini biasanya dilanjutkan kitab selanjutnya mutamimah, imrithi, dan yang paling tinggi adalah kitab Alfiyah Ibnu KITAB MATAN BINA WAL ASASYang kedua yaitu kitab Matan Bina Wal Asas, salah satu kitab dari fan shorof untuk mengetahui perubahan-perubahan kalimat bahasa fan shorof ini masih ada kaitanya juga dengan fan nahwu, jika di ibaratkan nahwu bapaknya dan shorof ibu nya jadi sangat kitab ini yaitu syekh Ibrohim bin Abdul Wahab bin Imaduddin al-Ma’ruf3. KITAB AMTSILAH TASHRIFIYAHKitab ini berisi tashrif kata dalam bahasa arab sama seperti kitab matan bina wal asas membahas tentang ilmu Amtsilah ini dikarang oleh salah satu ulama Indonesia, beliau KH. Ma’shum Aly dari Jombang. Kitab tersebut sangat mudah dihafalkan karena disusun secara rapi dan bisa dilagukan dengan KITAB AL-AQIDATUL AWAMkepercayaan atau aqidah adalah pokok utama atau sebagai hal yang mendasar dalam hati manusia. Apabila aqidah sudah mantap, kuat dan benar maka dalam menjalani syariat agama tidak akan menyeleweng dari aturan syariat yang telah dasar aqidah ini yang dipelajari dipesantren adalah kitab Aqidatul Awam karangan Syaikh Ahmad Marzuqi Al-Maliki berisi 57 bait ini membahas tentang aqoid 50, keluarga Nabi, Malaikat, dan mukjizat-mukjizat yang harus kita atas perintah Rasulullah yang mendatangi sang pengarang melalui mimpinya. Hingga beliau mampu menyelesaikan kitab KITAB MATAN SAFINATUNNAJAHSafinatun Najah adalah sebuah kitab ringkas mengenai dasar-dasar ilmu fikih menurut mazhab Syafi’i. Kitab ini ditujukan bagi pelajar dan pemula sehingga hanya berisi kesimpulan hukum fikih saja tanpa menyertakan dalil dan dasar pengambilan dalil dalam penetapan begitu masih terdapat beberapa permasalahan fikih yang tergolong ikhtilaf di kalangan ulama ahli fiqih antar mazhab bahkan di kalangan ulama mazhab Syafi’i sendiri, sehingga diperlukan kesungguhan atau panduan dalam memilih pendapat yang lebih tepat rajih sesuai dengan Al-Qur’an dan ini ditulis oleh Salim bin Sumair al-Hadhrami seorang ulama asal Yaman yang wafat di Jakarta pada abad ke-13 H. Kitab ini populer di kalangan pondok-pondok pesantren Nahdliyyin dan masuk sebagai salah satu materi kurikulum KITAB MUSTOLAH HADISKitab dasar selanjutnya adalah Kitab Mushtholah Al-Hadits yang mempelajari ilmu mengenai seluk beluk ilmu hadits. Mulai dari macam-macam hadits, kriteria hadits, syarat orang yang berhak meriwayatkan hadits dan lain-lain dapat dijadikan bukti kevalidan suatu matan ini dikarang oleh al-Qodhi abu Muhammad ar-Romahurmuzi yang mendapatkan perintah dari Kholifah Umar bin Abdul Aziz karena pada waktu itu banyak orang yang meriwayatkan hadist-hadist KITAB HADIS ARBAINArbain Nawawi atau Al-Arba’in An-Nawawiyah merupakan kitab yang memuat empat puluh dua hadits pilihan yang disusun oleh Imam ada dua ulama yang bernama Nawawi ada Imam Nawawi Abu Zakaria Muhyuddin An-nawawi ada juga syekh Nawawi Tanara Al-Bantani Al-Jawi dari indonesiaArba’in berarti empat puluh namun sebenarnya terdapat empat puluh dua hadits yang termuat dalam kitab kitab ini sebagai dasar dari fan ilmu KITAB TA’LIMUL MUTAALIMDan yang rakhir yaitu dari fan Ilmu Akhlak, karena dalam dunia santri akhlak yang terpuji menjadi nomor satu akhlakul Ta’limul Muta’alim ini menjelaskan tentang thoriqutaalum atau jalan untuk belajar supaya hasil ilmu yang manfaat dan dasar yang menerangkan mengenai akhlaq di dunia pesantren adalah kitab Ta’limul-Muta’alim karangan Syaikh Burhanuddin awal proses belajar di pesantren sesuai adatnya pasti mempelajari kitab ini ataupun kitab lain yang seakar dengan Ta’limul Muta’ kitab Adabul alim wal Muta’alim karangan ulama’ besar Indonesia, Pahlawan Nasional sekaligus pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ kitab ini pun juga menjadi kurikulum wajib bagi pesantren yang ada di Indonesia bahkan hingga luar kaya khazanah ilmu pengetahuan Islam yang ada di dunia pesantren. Ada sekitar 200 judul kitab dipelajari di pesantren menurut data yang pernah dikemukakan oleh Gus pesantren terus berupaya agar kebudayaan pesantren ini dapat eksis di tengah perubahan zaman dan kebudayaan salaf ini mampu menunjukkan kiprah para ulama sebagai warotsatul ambiya’ pewaris para Nabi. Wallahua’lam Juga Arkanul Islami Rukun-Rukun Islam
BANDUNG - Panglima Santri Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengaku geram dan terusik dengan adanya pernyataan terkait pondok pesantren ponpes yang dipandang sebagai produk dari orang-orang radikal. Justru menurutnya, ponpes sangat berjasa dalam melahirkan generasi yang mampu mengamalkan Pancasila. Pak Uu mengungkapkan, radikalisme merupakan tindakan memaksakan pandangan maupun kehendak yang dilakukan oleh individu maupun kelompok tertentu, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Baca juga Ada Momen Istimewa Akan Digelar Pondok Pesantren Sebelum Kebakaran Terjadi, Ditunggu-tunggu Santri Untuk itu, ia mengatakan sangat tidak tepat jika menyandingkan ponpes sebagai bentuk tindakan radikal. “Yang dinamakan radikal itu seseorang ataupun kelompok yang memaksakan kehendak maupun keinginan, yang bertentangan dengan agama dan darigama. Menghalalkan segala cara, yang penting mereka berhasil tujuannya,” ujar Pak Uu saat ditemui di Kabupaten Indramayu, Selasa 15/3/2022. “Saya sebagai kelompok pesantren, tersinggung dan tidak terima pesantren disebut produk orang radikal. Justru produk pesantren adalah orang-orang yang berjasa terhadap bangsa dan negara, terutama dalam implementasi Pancasila,” tuturnya. Pak Uu juga sangat tidak sepakat dengan pernyataan pendeta Saifuddin Ibrahim terkait 300 ayat Al Qur’an yang harus dihapus atau direvisi karena mengandung nilai-nilai radikalisme. Baca juga Cerita Santri Pondok Pesantren di Karawang yang Terbakar, Peristiwa Terjadi Saat Jam Istirahat Menurut Pak Uu, umat muslim tidak memiliki kebebasan untuk menafsirkan sendiri ayat-ayat Al Qur’an. “Umat Islam saja tidak diberi kebebasan untuk menafsirkan sendiri, apalagi nonmuslim seperti pendeta,” tegasnya. Untuk menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an, kata Pak Uu, tidak cukup dengan tekstual saja, tapi juga konteksnya pun harus dipahami dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Para ulama juga minimal harus paham 12 fan bidang ilmu agama Islam, yang membutuhkan waktu sedikitnya 12 tahun dalam mendalami dan memahaminya. “Untuk mempelajari 12 fan ilmu Islam itu di pesantren saya butuh 12 tahun. Dan selama 12 tahun itu tidak bisa dengan mandiri, harus ada sampingan ilmu yang lain,” sebut Pak Uu. Baca juga Polemik Ada 198 Pondok Pesantren Terafiliasi Organisasi Teroris Termasuk ISIS, Kepala BNPT Temui MUI “Karena Al Qur'an adalah kitab suci yang sangat luar biasa, jadi orang yang menafsirkannya pun jangan orang yang biasa-biasa, harus orang yang luar biasa ilmu agamanya,” imbuhnya. Lebih lanjut Pak Uu berharap agar masyarakat di Jabar tidak terprovokasi pemberitaan di media terkait hal tersebut. Masyarakat juga diminta lebih kritis lagi dalam menerima informasi dan tidak mudah percaya pada penjelasan pendeta Saifuddin yang dinilainya sudah menyakiti hati muslim. “Tolong jangan menghina kitab suci kami, karena ini akan membuat luka hati umat mayoritas. Umat yang baik adalah umat yang menjaga agamanya sendiri. Menjaga agama sendiri bukan berarti harus menyerang agama yang lain,” kata Pak Uu. “Saya harap masyarakat jangan terjebak dengan statement itu, atau terkecoh dan mengiyakan apa yang disampaikan oleh pendeta tersebut. Kita tetap saja sebagai umat Islam, pegang apa yang disampaikan oleh para kiai dan ulama,” katanya.
12 fan ilmu santri